Fitria Rahmadianti - detikFood Jakarta - Restoran Bruschetta di Hotel Borobudur Jakarta terlihat ramai Sabtu (20/10/12) kemarin. Jejeran kursi dipenuhi pria dan wanita yang antusias memperhatikan seorang chef beraksi. Di tangannya terdapat adonan elastis yang siap digiling. Hmmm... Pasta!
Belajar pasta memang paling afdol jika langsung pada ahlinya yang asli Italia. Puluhan peserta cooking class Detikfood 'Homemade Pasta' berkesempatan mencuri ilmu dari Chef Marco Matteucci. Pria tambun murah senyum dari Negeri Pasta ini sangat berpengalaman menyajikan hidangan a la kampung halamannya.
Kalau Anda pernah mencoba pasta segar, pasti tahu perbedaannya dengan pasta kering. Secara umum, pasta segar tentu lebih enak dan teksturnya lebih lembut. Chef Marco tak pelit membagi tips dan trik membuat pasta, mulai dari adonannya hingga cara merebusnya.
Menurut chef Marco, tidak ada ketentuan pasti berapa kali adonan pasta harus digiling. "Dibutuhkan feeling agar tipisnya adonan sesuai dengan yang dibutuhkan," katanya.
Kali ini sang chef memakai bahan-bahan lokal yang banyak terdapat di pasar swalayan. "Tanpa tepung semolinapun pasta segar tetap enak. Bisa dipakai juga campuran tepung beras, hanya jumlah airnya yang harus diatur," demikian tutur chef yang cekatan mengaduk terigu.
Menggunakan alat pembuat pasta juga perlu keterampilan. "Kelihatannya mudah, padahal dibutuhkan latihan berkali-kali untuk menghasilkan pasta yang bagus dengan alat ini," tambahnya. Dengan adonan dasar yang sama, chef Marco membuat pasta fettuccini, spaghetti, dan ravioli.
Tentu, ia juga membagi resep saus pasta. Kali ini, ia mempraktikkan cara membuat saus dasar seperti bolognese, tomat, dan carbonara. Meski terlihat sederhana, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membuat saus pasta autentik Italia.
Yang paling penting adalah membuat saus tomat. Karena saus ini akan menjadi dasar untuk membuat saus pasta lainnya. Termasuk untuk sup dan topping pizza. Jenis tomat concasse yang dikalengkan menjadi pilihan utama sang chef. Karena tomat Italia warnanya merah, airnya sedikit, dan tidak asam,' demikian alasanya.
"Dagingnya bisa berupa daging sapi, veal (daging sapi muda), atau kombinasinya. Daging ayam biasanya tidak digunakan karena terlalu kering," jelasnya.
Chef Marco bercerita bahwa di Italia pasta carbonara tidak menggunakan krim seperti versi Amerika. Pasta yang digunakan fresh, sehingga tanpa krimpun sudah menjadi kental. Sayangnya, pasta ini harus segera dihabiskan karena mudah menyerap cairan. Di cooking class kali ini, ia mempraktikkan carbonara dengan krim maupun tanpa krim sebagai perbandingan.
Tak hanya resep pasta, Chef Marco juga berbagi cara membuat dessert zabaglione. Bahannya simpel, yakni kuning telur, wine Marsala (Prosecco atau Moscato juga bisa), serta gula. Semuanya dikocok lalu dipanaskan dengan api kecil. Tuang ke dalam gelas kaca yang sudah berisi es krim vanili dan remah cookies. Perpaduan panas dan dingin dessert ini sanggup menggoyang lidah!
Peserta dengan antusias bertanya ini-itu kepada Chef Marco. Dibantu dengan Chef Rudi Kurniawan sebagai penerjemah, Chef Marco menjawab rentetan pertanyaan dalam Bahasa Inggris beraksen Italia dan Perancis. Sstt... Resep zabaglione dan resep minestrone merupakan resep bonus dari sang chef!
Santap siang kali ini terasa istimewa. Semua menunya sudah diajarkan oleh Chef Marco, jadi bisa dicoba di rumah. Selain minestrone, ada tagliatelle dengan saus bolognese yang disajikan dalam mangkuk besar, serta zabaglione. Bagi yang tidak meminum alkohol, dessertnya diganti dengan poached pear filled with chocolate, saffron syrup, cinnamon ice cream, and garden berries. Wow! Mamma mia!
Seperti biasa, peserta Detikfood tak hanya pulang membawa ilmu dan perut yang kenyang. Detikfood tak ketinggalan membagikan merchandise cantik dari Detikfood dan Hotel Borobudur bagi mereka yang beruntung. Makanya, jangan ketinggalan cooking class selanjutnya!
(fit/odi)
0 comments:
Post a Comment